Dari Mata Turun ke Hati, Dari Hati Turun ke Saku?

Dari-Hati-Turun-ke-SakuJudulnya cukup membingungkan ya? Tapi menarik untuk diperbincangkan layaknya rumor yang sedang gencar di layar kaca kita. Maaf bukan rumor, tapi fakta yang disembunyikan. Sebenarnya maksud dari judul itu adalah pengibaratan tingkah polah “Koruptor” negeri ini. Mereka menjadi tokoh karena tertarik saat menyaksikan para petinggi selalu “dihormati”, mereka iri karena petinggi selalu banyak duit dan mereka pun berniat dalam HATI menjadi seperti mereka.

Niat yang ternyata semakin menjadi – jadi…menjadi murka, menjadi munafik dan parahnya menjadi “pencuri”. Apalagi kalau tidak disamakan dengan seorang pencuri? Karena dimanapun yang namanya mengambil suatu barang, apalagi uang yang bukan hak pribadi disebut “pencuri”, koruptor itu kan lebih halus…

Mereka melihat dengan mata mereka sendiri, kalau koruptor itu kebanyakan berlimpah uang yang tak tahu dari mana asalnya. Mereka tahu itu sebuah kesalahan, ya…mau bagaimana lagi, kalau hati sudah tergiur dan goyah maka mau tak mau (mungkin harus mau, kali ya) mereka ikut dalam jurang haram itu.

Mereka tarik selembar dua lembar rupiah dari anggaran untuk masuk saku pribadinya. Parah sekali, karena semakin hari semakin murka dan rakus hati mereka, entah punya hati atau tidak ya…??

Ya…sudahlah, memang seperti itu fakta di sekitar kita saat ini. Seharusnya mereka itu sadar, apa artinya uang banyak tapi akhlaknya NOL BESAR, padahal mereka umat beragama bukan?

Itulah yang sangat disayangkan. Sebenarnya setiap umat beragama akan bisa dan mampu menjadi seorang kaya raya baik kekayaan dunia serta kekayaan akherat. Kuncinya adalah Jangan pernah terbius oleh Hasrat diri yang akan mengendalikan jiwa dan hati nurani kita.

Sadarkan jiwa dan hati, bahwa umat manusia memiliki Ruh suci dari Allah SWT, yang mana dulunya sejak azali telah berjanji bahwa Allah Tuhannya. Saat seorang manusia itu mampu dan terus berjuang untuk terus berlindung hanya kepada Allah, dengan tetap Sadar hanya kepada Allah dan dengan hanya Fokus kepada-Nya. Itulah sebuah kekuatan yang akan mampu membuat jiwa dan hati kita tak goyah dengan rayuan hasrat diri yang menjerumuskan, bahkan apapun yang berusaha membuat ruh kita ingkar janji pada Allah, juga akan terpijak kuat di bawah naungan keSadaran akan Allah dan keFokusan hanya kepada Allah.

Itulah yang sangat diharapkan dimiliki oleh setiap umat, sehingga bumi ini terasa nyaman bagi siapa pun karena tak ada kemurkaan dan kemunafikan yang menjadi – jadi. Dimana kesemuanya itu adalah anugerah atas sebuah tingkat keSadaran diri yang hanya kepada Allah SWT serta keFokusan jiwa yang hanya kepada Allah SWT juga.